contoh gambar dari klik disini |
Pagi itu seperti biasa Matahari pagi bersinar terang menyapaku di balik jendela. Telingaku menangkap kicauan burung bersahut-sahutan. Merdu sekali. Aku menatap kembali jadwal kegiatan pekan ini dan bulan depan. Ada banyak rencana kegiatan dakwah yang telah terjadwal. Di tambah lagi beberapa halaqaah baru yang di rohis. Mataku tanpa sengaja melirik tumpukan surat undangan di samping rak buku. Iya sudah lama aku tak mencek surat yang masuk. Maka aku pun mengambil tumpukan surat tesebut. Aku lihat rata-rata undangan walimah dan undangan untuk menghadiri pelatihan serta rapat.
Kulihat lagi beberapa, ternyata ada surat yang berbeda. Ada surat yang amplop berwarna jingga yang tak jelas undangan apa. Kulihat lagi secara seksama bisa jadi ini surat yang salah kirim atau apalah. Aku tersentak, surat itu hanya tertulis “Untuk Ikhwa”.
Aku heran, tak ada nama pengirim maupun alamat di baliknya. Ini pertama kalinya mendapat surat yang khusus. Dengan perasaan yang penuh tanda tanya aku segera merobek surat itu, lalu perlahan aku membaca isinya.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu 'alaykumAkhi yang dicintaioleh ALLAH…
Akhi, walaupun pada akhirnya komunikasi antara kita akan terputus, tapi percayalah Akhi, persaudaraan antara kita begitu berarti dan indah. Ana tidak akan menjadikan Antum sebagai bagian dari sebuah kenangan, Karena kadangkala kenangan itu bias terhapus dari memori kita, sedangkan ana tidak akan mungkin dapat menghapuskan sosok Antum yang begitu menancap kuat dalam kehidupan ana. Bersama Antum, ana begitu merasakan nikmatnya ghiroh Islam, nikmatnya hidup yang sesuaisyar'i. Berkat Antum pula, ana menjadi sosok yang lebih kuat menghadapi berbagai ujian yg terbentang di depan mata.
Akhi, Antum tahu bahwa ana mencintai Antum semata karena cinta ana pada ALLAH, Ana Uhibbuka Fillah ya Akhi. Antum tahu akan hal itu sedari awal. Ingatkah Antum akan salah satu nukilan hadits dari Kitab Riyadhus Shalihinini..?
Dari Anas Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shalallhu 'Alaihi Wassalam, sabdanya: "Ada 3 perkara, barangsiapa yg 3 perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan yaitu: jika ALLAH danRasul-NYA lebih dicintai olehnya dari pada yang selain keduanya, jika seseorang itu mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan karena ALLAH dan jika seseorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh ALLAH dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan kedalam apin eraka." (Muttafaq 'alaih).
Itulah dasar kecintaan ana pada Antum.Namun Akhi, bila kecintaan ini justru menyebabkan ana terlena pada cinta dunia yang semu belaka ini dan melupakan tujuan akhir kita semua akan terkecapnya akhirat abadi yang manis di dalam taman-taman syurga, betapa ana telah mengkhianati manisnya keimanan itu.
Terlebih lagi Akhi, kita berdua tahu, terkadang suatu hal diawali dengan niat yg mulia, niat yang tulus, namun pada perjalanannya, semua niat itu menjadi berbelok arah, menyimpang, bahkan menelusuri jalan yang benar-benar berlawanan. Katakanlah duhai Akhi, ALLAH meridhoi niat awal kita, namun apakah ALLAH masih akan meridhoinya setelah dilihatnya kita menempuh jalan yg tidak seharusnya ?? ALLAH akan murka, Akhi. Sungguh Akhi, kita tidak akan sanggup untuk menghadapi kemurkaan-NYA. Sungguh Akhi, bukankah hidup ini adalah menuju ridho-NYA ??
Akhi, setan tidak akan pernah berhenti menggoda, mengganggu dan menggoyahkan keimanan manusia. Namun Akhi, kita pun patut untuk becermin diri. Apakah kita yg lemah ataukah setan yang kuat dalam segenap usahanya itu ?? Akhi, janganlah kita mengotori niat mulia kita, hanya karena bom bardir setan yang akan semakin kencang menggemuruh karena senangnya dia melihat kita yang semakin lemah. Maka Akhi, sudah tiba saatnya kita kembalikan semangat kemuliaan niat kita pada tempatnya yang semula, tempat yang semestinya. Kita pasti bisa, Akhi.
Shaykh Abbas as Siddik dalam kitabnya Al Thariqilal Quluub, mengatakan bahwa cinta karena ALLAH adalah pintu menuju hati. Namun perlu diperhatikan bahwa cinta karena ALLAH dan persaudaraan karena-Nya itu, bukan sarana untuk menikmati pelampiasan perasaan, atau untuk membuang-buang waktu dengan mengobrol, atau kegiatan lain yang mengasyikkan namun tanpa faedah.
Bila kita menelaahnya dengan seksama, dan mengembalikan semuanya dengan melihat kondisi yang ada pada diri kita saat ini, apakah layak kita mengagungkan diri sebagai bagian dari pecinta ALLAH??
Marilah Akhi, kita kembalikan kesucian cinta kita pada ALLAH dengan berpijak kembali pada niat awal kita bahwa cinta dan persaudaraan karena ALLAH adalah dengan mencurahkan perasaan, berjuang untuk membantu saudaranya demi peningkatan potensi diri secara bersama-sama, dengan tarbiyah dan takwiniyah, "penyemaian biji", "pencabutan rumput", dorongan semangat dan hasrat, penyebaran dakwah melalui persaudaraan yang tulus, ibadah yang khusyuk, serta kontinuitas dalam menyampaikan dakwah dengan cara yang baik.
Akhi, bukankah niat mulia antum telah berhasil terlaksana. Antum bias lihat lewat segala perubahan menuju kebaikan yang telah Antum lakukan untuk ana. Tanpa adanya dukungan kuat dari Antum, ana pasti masih akan terseok-seok, tertatih-tatih di bagian terbawah dari tangga kehidupan yang terus menjulang dan bahkan mungkin saja sebelum ana berhasil melampaui satu undakan, ana justru malah menukik dan terhempas kembali ke dasar.
Akhi, sekarang ini izinkan ana untuk mempercayai kekuatan diri ini, kekuatan yang akan selalu mendapatkan perlindungan penuh dari KEKASIH TERCINTA, KEKASIH TERAGUNG. Janganlah Akhi mengkhawatirkan diri ana. Akhi bilang, Akhi takut akan kehilangan ana. Kenapa harus takut, Akhi??? Yang harus kita takuti adalah, bahwa saat KEKASIH TERCINTA kita memanggil kita, kita belumlah siap membawa bekal yang cukup, cinta yang penuh yang semata untuk-NYA.
Akhi, bila sekarang kita mesti berpisah, yakinlah bahwa kelak kita akan berkumpul bersama di taman Firdaus. Mengecap nikmatnya buah dari keimanan kita. Buah dari kecintaan kita pada-NYA.
Wassalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Mataku berubah jadi kabut. Membuat mataku berkaca-kaca. Aku terharu membaca surat yang sangat menyentuh ini. Betapa sucinya cinta keduanya, Ikhwa akhwat ini. Beberapa saat Aku merasa surat ini bukan untukku. Surat ini merupakan nasehat sesama aktivis dakwah ikhwa dan akhwat untuk saling menjaga kesucian cinta.
Namun beberapa saat mungkin aku juga kadang khilaf dalam niat berdakwah. Kadang kala ketika melihat ada akhwat lewat, syaitan dengan mudah menyusup masuk menggodaku. Menggoyah niatku. Merusah hati dan jiwaku. Astagfirullah..
Maka air mata ini yang aku tahan kini mengalir di pipihku. Betapa banyaknya dosa yang aku perbuat. Aku hamba yang lemah, mudah terjatuh dalam masalah cinta kepada lawan jenis. Aku merasa sunyi dan sepi. Teringat akan banyaknya kehilafan dan lupa akan makna cinta kepada Allah.
Aku lalu berwudhu. Aku bersegera shalat sunnah. Sujud yang lama. Aku berdoa agar aku mampu tetap di jaga oleh Allah.
“Ya Alloh, aku sudah tidak ingin berurusan dengan masalah ini. Aku sudah menyerahkan semuanya pada-Mu. Apa pun kehendak-Mu, aku akan mengiyakan. Aku sungguh mencintainya, namun aku jauh lebih mencintai-Mu. Aku yakin begitu pula dirinya juga merasa sepertiku. Karena-Mu kami bertemu, karena-Mu pula kami berpisah. Kami mohon ampun atas rasa yang belum halal yang sempat kami kecup. Somoga langkah kami ini menjadi penebus atas semuanya jika cinta sebuah dosa...
Dalam lubuk hatiku yang pasti Engkau pun tahu, aku ingin bersamanya. JikaEngkau mengizinkan, pertemukanlah kami kembali dalam keadaan yang lebih baik. Jika dan hanya jika semuanya akan menjadi lebih baik. Tapi jika menurut ilmu-Mu ada ketetapan lain yang jauh lebih baik, tetapkanlah urusan itu untuk kami dan buat kami ridho menerima ketetapan itu.
Alloh, ambillah semua yang kini ada di sisiku, tapi jangan Kau ambil cinta-Mu kembali. Aku sungguh mencintai-Mu, lebih dari segala cintaku pada makhluk-Mu. Aku tahu, diriku dan cintaku begitu kecil di mata-Mu tapi aku mohon, izinkan aku mencintai-Mu, jangan jadikan aku kekasih yang takKau anggap. Jika Engkau pernah cemburu melihatku menerjang ketidak halalan karena khilafku, maafkan aku, aku ingin kembali pada-Mu, sesungguhnya hanya Engkaulah Penerima Taubat. "Seperti seorang yang kehilangan untanya lalu tiba-tiba unta itu kembali padanya ", meski aku kembali pada-Mu berlumur dosa, aku berharap Engkau masih mau menerima aku.
Hanya karena-Mu aku jadi merasa kuat menjalani perpisahan ini, kami merelakan kenyamanan kami demi cinta-Mu, demi kenyamanan akhirat dan terbebas dari tuntutan-Mu di hari pengadilan-Mu.”
Kisah ini di adaptasikan dari tulisan yang berjudul "SURAT CINTA SEORANG UKHTY KEPADA SEORANG AKHY.....!!!”
No comments:
Post a Comment