SINOPSIS :
“...Tiba-tiba kepala Ridwan berat. Kepalanya sakit, entah kenapa. Ia pun bergegas untuk pulang sambil menahan sakit di kepalanya. Ketika di depan rumah, tiba-tiba tubuhnya roboh, kekuatanya hilang. Seakan tulang penyangga tubuhnya telah roboh, ia tersungkur ke tanah. Penglihatannya mulai samar-samar. Ia melihat kabur, ada seorang perempuan dari dalam rumahnya datang menghampirinya. Dan semua tiba-tiba jadi gelap.”
Usia remaja merupakan usia paling membahagiakan bagi setiap manusia. Namun, bagaimana jika di usia itu kita mengidap penyakit mematikan Leukimia. Kita akan merasa penderitaan mental dan fisik berkepanjangan. Seakan hidup telah berakhir. Mengutuk diri dan semuanya. Tidur di ranjang pesakitan menunggu mati. Tapi itu semua Ridwan lawan. Ia tidak mau kalah dengan penyakitnya itu. Ia telah melewati banyak ujian dunia dari kecilnya, mulai kehilangan kedua orangtua sampai harus bekerja mencari sesuap nasi. Ketika mengetahui dirinya mengidap penyakit ia tetap semangat menjalani hidup dan datang sekolah belajar.
“... Namun itu semua ia lawan. Ia tak mau kalah dengan perasaan dan penyakitnya. Ia akan terus bertahan hidup. Tetap menjadi Ridwan yang dulu ceria memberikan yang terbaik buat sekelilingnya. Terkhusus buat sahabatnya yang sangat dekat, Putri. Ia tidak akan murung atau sedih, menampakkan muka yang mengganggu.”
Sahabat dekat Ridwan, Putri, harus merasakan patah hati karena sang pacar Andika harus direbut oleh perempuan lain, Stela. Putri tak dapat berbuat apa-apa ketika di hadapannya sendiri Andhika mengikat jalinan suci pada Stela—yang akan membuat dirinya tak dapat memiliki Andhika seutuhnya. Begitu hancur hatinya.
" Air matanya jatuh tak terbendung lagi. Mencintai seseorang yang tak mungkin dimiliki bagaikan pungguk merindukan bulan. Mencintai manusia berlebihan akan menimbulkan atau bahkan sebaliknya menyedihkan.”
Kondisi Ridwan yang sakit tetap menghibur Putri. Ridwan pun selalu memberikan semangat untuk meraih cita-cita putri untuk menjadi penyiar radio. Namun, setiap pertemuan mereka ada yang sesak dalam hati mereka. Dalam perjalanannya itu justru mengungkapkan segala tabir rahasia antara mereka.
“... Ingin rasanya Putri hadir di dekat Ridwan, membantunya, memberi penguatan kepadanya, mendengar kesedihan dan beban penderitaannya. Namun, terkadang Putri hanya hadir di hadapannya dengan membawa kesedihan pribadinya. Putri menyesal tidak mengetahui ini sebelumnya. Apa yang telah ia bantu Ridwan selama ini? Justru Ridwan yang banyak membantunya.”
“Aku temanmu, maka aku akan bersamamu. Aku ingin menjadi lilinmu, teman.”
Kata pengantar novel “terimakasih ALLAH”
Pertama-tama, aku bersyukur Alhamulillah... kepada Allah yang telah memberi banyak nikmat hidup ini. Seperti judul buku ini “terima Kasih Allah” menjadi rasa syukurku yang telah berhasil menggoreskan pena menjadi buku. Terima kasih pula pada kedua orangtuaku yang telah memperkenalkan akan indahnya Islam. Lalu para adik-adikku, mereka selalu menjadi inspirasiku untuk bangkit. Buat para teman seperjuangan terima kasih mau bersamaku, yakinlah Allah melihat perjuangan kita.
Terkhusus buat penerbit camar dan seluruh krunya yang telah berbaik hati menerbitkan buku ini. Termasuk saudariku karena Allah yang mau mengedit naskah ini, aku tahu banyak sekali salah ketik dan ejaanya. Semoga perjuangan kita untuk meramaikan perbukuan Indonesia serta memberikan inspirasi buat anak negeri berbuah berkah dariNya..amien.
Di dalam buku ini, mengisahkan dari sebuah perjalanan anak manusia yang mungkin pernah terjadi karena bersumber dari inspirasi cerita-cerita kehidupan yang saya dengarkan dan saya baca. Maka saya mohon maaf bila kisah ini tak sempurna dan ada kesalah pahaman. Semoga Allah mengampuniku.
Kisah ini saya persembahkan kepada remaja yang mencari jati diri. Galau akan beratnya hidup. Remaja yang bertanya-tanya akan arti hidup, arti sahabat, arti perjuangan dan arti kehilangan. Namun aku hanya bercerita bukan menjawab, biarkan kalian yang menjawabnya.
Kisah ini juga merupakan keprihatinan saya terhadap maraknya berita miris remaja kita. Berita tentang kekerasan, narkoba, tawuran, seks bebas, dan masih banyak lagi. Para remaja terkadang lupa untuk bersyukur atas nikmat yang di berikan oleh Allah. Ada remaja yang mendapatkan banyak fasilitas hidup dengan mudah namun mereka menyia-nyiakan potensi itu. Padahal diluar sana terdapat banyak remaja yang tidak dapat bersekolah walaupun ingin karena keterbatasan mereka.
Akhir kata, saya berterimakasih kepada para pembaca yang mau meluangkan waktu untuk membaca buku sederhana ini. Selamat membaca dan teruslah berjuang meraih mimpi.
Dengan penuh cinta karenNya
Abid Alauddin
Tentang penulis :
Abid Alauddi adalah nama pena dari Muh. Abid Fauzan, seorang lelaki yang tinggal di Makassar. Mengawali masuk dalam dunia kepenulisan dalam blog pribadinya. Berawal dari kesenangannya menulis bebas di blognya. Selanjutnya ia membuat dan menjadi fonder kumpulanceritainspirasimu.blogspot.com. sebuah blog tempat berbagi kisah inspirasi. Setelah lama menulis di blog pribadinya ia mengumpulkan menjadi buku perdananya berjudul “menjadi mahasiswa peradaban”.
“terima kasih Allah” buku keduanya dan buku pertama menulis fiksi. Saat ini ia tetap terus menulis dan mencoba lagi untuk menulis buku ketiganya.
Ia dapat dihubungi :
Twiter : @abidfauzan1
Facebook : Abid Fauzan
Email : abidfauzan@gmail.com
PESAN BUKUNYA :
Judul: Terima Kasih Allah
Penulis: Abid Alauddin
Ukuran: 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-72126-5-7
Harga: Rp37.000,-
Order via SMS/WA/LINE: 08996737662
Dengan format:
Judul & Jumlah Buku:
Nama:
Alamat:
No. HP:
Penulis: Abid Alauddin
Ukuran: 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-72126-5-7
Harga: Rp37.000,-
Order via SMS/WA/LINE: 08996737662
Dengan format:
Judul & Jumlah Buku:
Nama:
Alamat:
No. HP:
No comments:
Post a Comment