Pengantar : beberapa kisah ini akan ana posting
yang bersumber dari buku-buku. alasannya karena komitmen pribadi untuk kembali
belajar di mahad serta menghapal Alquran selama 2 tahun. sehingga ada banyak
postingan yang copy paste dari sebuah buku kisah dan cerpen dan terjadwal di
posting dalam blog ini. oleh karenanya kami mohon maaf serta berharap kisah
tersebut bermanfaat dan menginspirasi pembaca. kalo pun ada hal-hal yang kurang
setuju dari kisah-kisah yang ana posting kedepan marilah kita saling memperbaiki.
wallahualam. Barakallah.. semoga Allah berikan kebaikan..amin
Summer Music
Reysha Rezgy
Mataku terbelalak, serasa air liur meluap,
hidung kembang-kempis, ada gas yang mau keluar dari tubuh bagian bawah, dan
alis naik turun kayak dayung kano. Aku nggak percaya dimana aku berdiri
sekarang. Di atas panggung megah yang pernah diinjak Marlyn Monroe, 50 Cent,
Eminem, ACDC, dan semua bintang Hollywood yang tajir itu. Aku di atas sini,
berdiri anggun, charming,
komunikatif, menjadi MC acara penghargaan musik internasional. Wow ... serasa
pengen nyate diri sendiri saking nggak percayanya.
Tepat seperti ucapan juri
itu, aku memiliki bakat seorang entertainer sejati. Dari sekian banyak MC
berkualitas dan teruji kemampuannya, hanya aku, si cewek tinggi kurus dari
Indonesia yang terpilih membawakan acara ini. Oprah Winfrey, Aston Kutcher, dan
para VJ MTV dibuang jauh-jauh sama produser acaranya. Aku sekarang yang berdiri
di atas panggung megah ini untuk meneriakan “Please,
welcome.." kepada semua pengisi acara, juga untuk memberi salam dan
cipika-cipiki sama mereka. Aku seperti yang mengatur irama acara ini dengan
berseru, “... after this commercial break.”
Seluruh dunia menyaksikan
wajahku melalui siaran langsung. Summer Music ini memang yang banyak diincar
semua MC karena dapat menjadikan mereka semakin terkenal dan meraup banyak uang
untuk ngisi brankas mereka yang sudah nggak ketulungan gedenya. Kulihat
pacarku, Ara sesekali melambaikan tangan di kursi VIP paling depan, duduk
sejajar dengan Miss Universe, Paris dan Nick Hilton, juga si keren Justin. Ia
mengenakan jas putih dan semua kelengkapan jazzy lainnya. Maklum saja, Ara
seorang penyanyi Jazz terkenal. Kami baru saja jadian seminggu yang lalu.
Kalau bukan karena
kakakku yang menyarankanku ikut audisi penyiar radio, pasti karir setinggi ini
nggak bakalan bisa kugapai. Cowok perfect
kayak Ara nggak bisa kumiliki. Bayangin aja, aku sudah melangkahi Agnes Monica
untuk go internasional. Kabar terakhir, kudengar dia masih sibuk keliling Asia
Tenggara.
“Pokoknya lo harus
ikutan! Nih, formulirnya,” kakak nyodorin kertas biru ukuran poster ke arahku.
“Gede amat, ini mah
namanya pamflet.”
“Emang, tapi kalo kamu
bawa itu ke studio, bisa ditukar langsung sama formulir dan itu harganya nggak
murah. Seratus ribu!”
“What? Nggak deh. Aku nggak
pede. Apalagi musti saingan sama anak SMU lain. Mereka kan pada gaul gitu,
sedangkan aku kuper gini.”
“Belum berjuang udah
patah asa. Rapuh kamu!”
“Enak aja. Aku bisa kok!”
pamflet itu langsung kusambar.
***
Dengan dandanan vintage,
aku datang langsung ke studio. Gokil juga, di dalam pesertanya sudah kayak
semut mengerumuni gula. Tiba giliranku audisi, semua jurinya marah-marah karena
aku kurang power. Aku nggak nyerah, aku terus berusaha dan wuihh... akhirnya
terpilih. Aku terpilih sebagai penyiar baru mereka.
Selanjutnya tawaran job
buat bawain acara off air datang
nggak henti-hentinya kayak arus air sungai Jeneberang. Selang sebulan kemudian,
aku udah jadi presenter dan MC handal di usia tujuh belas tahun. Setahun ke
depannya lagi, aku bawain acara MTVAsia
Music Award dan acara-acara lain sekelas itu. Kakakku bangga, apalagi kedua
orang tuaku. Wuiih... aku sampai nggak bisa tidur setiap malam, takut
kesuksesan itu hilang pas bangun esok paginya.
Hari-hari kujalani ibarat
dunia sedang dalam genggaman. Semua uang seakan datang begitu saja ke dalam
sakuku, cukup teriak, “Kemarilah, bebh!” semua beterbangan ke arahku bak
merpati surga. Apapun yang kuinginkan dapat langsung kuwujudkan. Semua dapat
terpenuhi saat aku masih begitu muda, dua puluh tahun.
***
Acara Summer Music
dimulai. Lampu-lampu besar bergantian menyorot panggung megah itu. Tepuk tangan
bergema, memantul-mantul lincah dalam ruangan besar yang menampung jutaan
penonton. Aku terpukau, gemetar, entah harus berkata apa untuk membuka acara.
Kutarik nafas dalam-dalam saat tirai lebar terbuka menampakkan diriku yang
berbalut gaun merah elegan.
“Good night, world! Welcome to super award, Summer Jam....” Selanjutnya muncul Rihanna yang turun dari langit-langit stage dengan tali tambang sambil membuka
payung hitamnya. Acara pembuka itu disambut meriah oleh semua penonton. Ia
mulai bernyanyi, para penari keluar dari sisi kiri kanan panggung mengiringinya
perlahan. Pada akhir lagu, turun hujan kertas warna-warni serupa permen yang
berjatuhan, lampu panggung pun padam. Dari balik panggung yang gelap, aku
berteriak, “Don't go anywhere, all music
lover!”
Saat acaraku meninggalkan
iklan-iklan, lampu dalam ruang raksasa berongga itu padam semua. Gelap gulita,
aku tak dapat melihat apa-apa. Bahkan warna pakaian Ara yang serba putih.
Samar-samar terdengar denting piano merdu menghanyutkan, hasil karya jemari
Alicia Keys. Aku tersenyum kagum akan konsep acara ini. Setelah penampilan
Alicia yang romantis akan ada pembacaan dua nominasi favorit. Harus kupersiapkan
diri sebaik mungkin. Acara besar ini semakin membuat jantungku berdebar tak
terkendali. Kutatap cermin besar di ruang ganti di balik panggung. Memastikan
penampilan tetap sempurna dan segar. Aku tak mau penontonku kecewa. Lampu padam
lagi. Akan ada kejutan apa kemudian? Tanyaku dalam hati.
Kuhubungi panitia acara.
Rupanya tidak ada lagi bagian lampu padam setelah Alicia tadi. Sistem
penerangannya korslet. Oh my God...
acaraku akan hancur. Ternyata tidak, dalam hitungan detik, lampu kembali
menyala lebih terang dari sebelumnya. Aku terkejut menyaksikan bayangan pada
cermin. Poster sebuah film horror dari Indonesia membuatku merinding, lalu
pingsan.
Beberapa orang mencoba menyadarkanku.
Hingga akhirnya Ara datang dan mengangkat tubuhku ke atas sofa. Begitu sadar,
aku langsung teringat akan acaraku yang gemerlap itu.
“My Summer Music ... My Summer Music…” teriakku.
Tapi Mama dan kakak yang duduk di samping sejak tadi melarangku untuk banyak
bergerak. Mereka tampak sangat khawatir.
“Udah,
Sayang, lain kali dicoba lagi. Anggap aja juri audisi ini pada bego semua,
nggak bisa baca bakat terpendam kamu...” ujar Mama. (*)
SUMBER BUKU DAENG IS MY HERO
No comments:
Post a Comment