Monday, May 14, 2012

BAGIAN 11(Kekaguman) hati keyla


BAGIAN 11(Kekaguman) hati keyla




Aku berjalan hati-hati dalam kurumunan para siswa-siswi yang menonton pertandingan cerdascermat tingkat provinsi. Hari ini final. Ku berusaha mencari wakil dari sekolah ku yang kabarnya ada salah seorang dari 3 wakil sekolah ada dari teman kelas ku. Aku pun kebetulan mampir ingin melihat saja karena penasaran. Aku menatap sesosok yang sangat ku kenal dalam grup c yang menjadi wakil dari sekolah ku. Ternyata abid, sahabatku di kelas yang menjadi wakilnya. Kulihat abid, agak lama. Ku lihat ia berkali-kali memencet bel. Dan jawabanya selalu betul. Ia tak terbendung, aku  merinding melihat kecerdasan sahabatku ini. Peserta lain terpesona dibuatnya. Mereka seperti terbius sebuah kharisma kuat kecerdasan murni dari seorang anak yang jadi wakil sekolah yang tak prediksi masuk juara.




Kulihat para peserta sekolah lain merasa geram karena hanya sedikit  kebagian menjawab. Entah mungkin tidak kenal atau apa, para penonton sekolah ku tak tau keberadan ku, terus saja bersorak hampir tangannya mengenai ku. Tanpa sadar aku pun ikut eforia para pendukung sekolah kami berjingkrak-jingkrak histeris seperti orang kesurupan. “Abid ji” teriakan aku dan para penonton di sampingku.  Pak kepala sekolah yang menyempatkan hadir, mengacungkan dua jempolnya tinggi-tinggi padanya. "hebat! ayo!" teriaknya girang. Bu Ros guru matematika yang berpakaian rapi mengangguk-angguk takzim. Ia terlihat sangat bangga pada murid-murid , matanya berkaca-kaca dan dengan haru beliau berucap lirih, "Subhanallah ... Subhanallah ...."

Aku terjebak dalam lingkaran kekaguman pada abid. Aku terpaku memandangnya, entah sejak kapan aku jadi kagum setengah mati pada sahabat di kelas ku ini. Mungkin telah bersemi semenjak datang pertama kali ke kelas X-9 bersama.

Pikiranku melayang ke suatu hari tahun pertama aku pindah kami bertemu dan ia membantu mencari ruangan kelas ku ketika awal datang yang lalu dan ketika sang anak rohis ini memaksa untuk duduk didepan, ketika ia berlelah cape mengayuh sepeda jadul setiap hari untuk sekolah, karena terlambat masuk sekolah. Dan hari ini ia meraja di sini di majelis kecerdasan yang amat terhormat ini.

Kini abid berhasil mengharumkan nama sekolah. Terkhusus lagi kelas Kami X-9 yang terkadang dipadang kelas terbelakang, tempatnya para preman yang minim siswa berprestasi. Walau pun begitu ia di kelas selalu memotivasi ku dan teman-teman di kelas untuk tetap semangat belajar dan berprestasi. Meski memang aku atau kami memanggapnya remeh temeh katanya itu. Air yang menggenang seperti kaca di mata Bu Ros itu kini menjadi butir-butiran yang berlinang, air mata kemenangan yang mengobati harapan, pengorbanan, dan jerih payah.

Hari ini aku menyaksikan sendiri bukti dari perkataanya selama ini, bahwa setiap orang, bagai-mana pun terbatas keadaannya, berhak memiliki cita-cita, dan keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita itu mampu menimbulkan prestasiprestasi lain sebelum cita-cita sesungguhnya tercapai. Keinginan kuat itu juga memunculkan kemampuan-kemampuan besar yang tersembunyi dan keajaiban-keajaiban di luar perkiraan. keinginan yang kuat, yang di katakana abid pada saat kami serta saat belajar ada petuah ibu guru matematika pada awal tahun pelajarn yang lalu di hari pertama aku masuk kelas X-9, agaknya terbukti. Keinginan kuat itu telah mem-belokkan perkiraan siapa pun sebab kami tampil sebagai juara pertama tanpa banding. Maka barangkali keinginan kuat tak kalah penting dibanding cita-cita itu sendiri.

Ketika abid mengangkat tinggi-tinggi trofi besar kemenangan, kami bersuit-suit panjang seperti memanggil pulang binatan pelaharaan, dan di sana, di sebuah tempat duduk yang besar, aku menatapnya dan bersorak gembira entah dari mana aku dapat semangat itu.

Ku lihat lagi dia ia juga tampak senang memenangkan pertandingan. Setelah lama kami semua hendak pulang, kulihat abid berada dalam kerumunan siswa-siswaX-1,dan X-2 yang memang wakil 2 orang lagi yang wakili lomba adalah X-1dan X-2. Aku tiba-tiba tersisishkan dari keramaian, aku merasa tak pantas ada di dekatnya. Aku berfikir seharusnya abid lebih pantas bergabung sama siswa yang berprestasi itu. Walau pun aku juga pernah berprestasi bersama ramon tapi itu dulu kini aku dan ramon hanya sibuk jalan-jalan dan makan sehingga aku melupakan belajar , abid, teman-teman dan ibu guru. Tapi..

KEYLA.......” terdengar dalam telingaku aku tak tahu siapa mungkin itu ramon yang memanggilku karena memang aku bersama ramon kesini. Tapi tunggu dulu itu bukan suara ramon tapi suara abid, yang telah menatapku dari tadi tanpa kusadari. Ku tersadar aku yang di panggil. Aku tak menyangka ia memperhatikan kehadiran ku. GR....

Aku hanya tersenyum senang saja, melihatnya saja aku sudah senang, aku malu sekali gabung dengan mereka kata ku dalam hati. Tampaknya benar ia memanggilku untuk bergabung. Tapi aku tetap pada posisiku. Abid menangkap kecanggungan ku, hingga ia datang menghampiriku beserta rombongannya. Aku semakin GR dibuatnya.he..he..

Keyla, tenks ya, udah mau datang.” Katanya aku hanya membalas senyum terbaiku.

“ehm…. ehm… !!” ku dengar temannya mendehem. Kayanya menyinggung aku dan abid yang sibuk bicara berdua. Dengan cepat  ia memperkenalkan diri ku

“oh iya, temen-teman, kenalkan ini teman kelasku X-9 namanya keyla

“teman atau  t e m e n...” katanya menggoda kami mungkin mereka mengira aku pacarnya.

“hai keyla..” katanya seorang berjilbab menyalami ku ia berwajah teduh memperkenalkan dirinya. Aku menemukan nuansa keakraban dalam perbincangan ini. Kutemukan kebahagian yang mungkin jarang kutemukan di kelasku. Tapi tak cukup 5 menit aku merasakannya, ada suara yang memangilku.

‘keyla ...!!’ suara keras itu memecahkan keseruan percakapan kami. Aku mengedarkan padangan kesumber suara. Itu ramon!” aku terkejut melihatnya. Buru-buru ramon menarikku. Tampaknya ia cemburu melihat aku dan abid. Ia menarik ku menjauh abid dan teman-temannya.

SEBUAH awal konfil di mulai....

Keyla kagum pada sahabatnya abid...

Apa yang akan terjadi , nantikan kisah selajutnya.....


No comments:

Post a Comment