Pengantar : beberapa kisah ini akan ana posting yang
bersumber dari buku-buku. alasannya karena komitmen pribadi untuk kembali
belajar di mahad serta menghapal Alquran selama 2 tahun. sehingga ada banyak
postingan yang copy paste dari sebuah buku kisah dan cerpen dan terjadwal di
posting dalam blog ini. oleh karenanya kami mohon maaf serta berharap kisah
tersebut bermanfaat dan menginspirasi pembaca. kalo pun ada hal-hal yang kurang
setuju dari kisah-kisah yang ana posting kedepan marilah kita saling memperbaiki.
wallahualam. Barakallah.. semoga Allah berikan kebaikan..amin
Facebook
Niswardanny Achmad
Awalnya sih dia nge-add aku. Namanya Rio.
Mula-mula basa-basi doang, eh ternyata kami nyambung. Apalagi kalau dilihat
dari fotonya yang ditampilkan sebagai profile
picturenya. Putih, matanya agak sipit dan yang aku suka dia punya alis yang
tebal dan rata. Kata orang-orang sih yang punya alis kayak gitu orangnya sabar
dan ngayomin. Pokoknya tampangnya cool
abis.
Semalam kami chatting. Kebetulan kami sama-sama on line waktu itu. Semalam juga kami
akhirnya memutuskan untuk bertemu. Dia yang duluan meminta untuk bertemu.
Sempat aku bertanya mengapa dia ingin bertemu aku. Dia menjawab karena
sepertinya aku tulus. Mau berteman dengan siapa saja. Plus katanya aku humoris.
Yang terakhir aku setuju. Bahkan teman-teman sekolahku bilang aku Fitri Tropica
banget. Tapi alasan lainnya aku tidak paham maksudnya. Pikirku, loh memangnya
dalam berteman harus pilih-pilih? Apalagi orang seperti Rio. Apa ruginya sih
bagi aku berteman ama dia? Sempat aku menanyakan hal ini dan dia hanya
menjawab takutnya aku menyesal bertemu dia karena dia banyak kekurangan. Aku
hanya terdiam waktu itu. Banyak kekurangannya? Apaan! Pikirku cuma satu. Sudah
cakep, nggak pake sombong lagi. Duh, makin naksir nih aku, sahutku dalam hati.
Ge-Er!
Dan begitulah. Akhirnya
kami janjian untuk bertemu jam tujuh malam di anjungan Pantai Losari. Dan here I am! Ternyata aku datang lima
belas menit lebih cepat. Menurut perjanjian kami semalam, kami harus bertemu di
huruf S dari tulisan PANTAI LOSARI yang berdiri tegak di sepanjang anjungan
pantai. Alasannya simple, karena S melambangkan Sahabat.
Jam tujuh tepat. Tapi Rio
belum datang juga. Kesal juga sih mengingat aku seorang yang sangat on time. Akhirnya aku beranikan diri
untuk menelponnya. Aduh, aku baru ingat semalam kami tukaran nomor telpon,
kenapa nggak dari tadi saja aku menelpon atau paling tidak SMS. Huff, belum tua
sudah pikun, sungutku dalam hati.
“Halo,” ucapku begitu
tersambung.
“Ha ... halo juga,”
balasnya di seberang. Kedengarannya agak gugup.
“Huh, gimana sih! Katanya
jam tujuh teng,” sahutku kemudian.
“Maaf. Angkotku lambat,”
balasnya.
“Emang udah sampai
dimana?” tanyaku.
“Udah. Baru saja. Tapi
janji kamu nggak bakalan nyesel kan ketemu aku?”
“Duileh. Jangan merendah
gitu deh. Bukannya sebaliknya ntar kamu yang nyesel?”
“Aku nggak mungkin
nyesel. Tapi kamu entahlah. Tunggu ya!”
Dua menit aku menunggu
dia belum datang juga. Telpon belum kami tutup. Maklumlah, mumpung operator
sekarang lagi jor-joran ngasih bonus. Tapi aku mulai bertambah kesal.
“Lama amat sih!” sahutku
kemudian. Kali ini nadaku agak sedikit tinggi.
“Maaf sedikit lagi. Ini
lagi jalan ke situ,” balasnya.
“Emangnya kamu pincang?
Kok lama banget sih!” sahutku lagi.
Tiba-tiba hening. Sekian
detik kemudian sambungan telponku terputus. Aku bingung. Dari kejauhan kulihat
seorang pemuda berjalan terpincang-pincang membalik badannya untuk kemudian
berjalan pulang. Aku terpaku. Astaga! Apa orang itu Rio ya? tanyaku dalam hati.
Beribu rasa penyesalan menyeruak tiba-tiba. Padahal aku cuma bercanda. Demi
Allah, aku bukanlah orang yang suka menghina fisik seseorang. Tapi bercandaku
mungkin tidak pada tempat dan waktunya. Aku sangat menyesal. Tiba-tiba HPku
berbunyi. Ada SMS masuk. Aku baca.
Maaf sudah membuatmu menunggu. Dan maaf juga ternyata aku tidak bisa
menemuimu. Seharusnya aku sadar dunia nyata bukan tempatku bergaul, karena aku
akan selalu tersisihkan. Kamu benar, aku cacat. Aku pincang sejak kecelakaan
yang merenggut kakiku tiga tahun yang lalu. Sepertinya duniaku hanya melalui
face book. Karena aku tidak harus tampil seperti keadaanku sekarang. Dunia
facebook memang lebih cocok buat kami yang cacat. Yang ingin bergaul luas tapi
selalu tersisih karena kekurangan kami. Mudah-mudahan kita masih bisa terus
berteman meskipun hanya lewat facebook. Rio.
Tak terasa air mataku
meleleh. Maafkan aku sobat. Aku tidak bermaksud demikian. Sungguh! Dan kamu
salah Rio. Dunia nyata tetap bisa menjadi milikmu. Karena orang sepertiku akan
menerimanya. Dan orang sepertiku jumlahnya tidak sedikit. Percayalah.
Aku melangkah gontai.
Satu hal yang pasti, sesampainya di rumah nanti, aku akan on line dan menuliskan di wall
Rio permintaan maaf yang sebesar-besarnya. Dan berharap pertemuan kami di dunia
nyata tetap akan terjadi. I do hope so!
(*)
No comments:
Post a Comment