Meraba
Nyala Dalam Taarufan Kita
Phuji Astuty Lipi
Dunia maya itu mungkin
tak nyata, hanya teraba lewat rasa elektrikal yang berbeda. Saling menyapa
lewat tulisan dan sedikit emotion
unik. Dunia maya itu menjadi asik ketika kita saling bertemu dalam istilah kopdar, kopi darat. Entah kenapa, para
pakar bahasa menyebutnya demikian. Padahal pertemuan tak harus ngopi di darat, bukan?.
Sejak tergabung dengan
dunia blogger dan berteman makin akrab dengan mbah google semasa kuliah, aku akhirnya mencoba cita rasa kopdar. Gimana
rasanya??. Wuihhh legit. Aku bisa mengenal bermacam-macam raut wajah dengan
beragam isi kepala. Kopdar menyadarkanku bahwa sesungguhnya manusia itu ajaib,
bahwa Allah Maha pandai dengan menciptakan kita sebegitu unik.
Baru hitungan bulan aku
bergabung dengan rumah ini. Sebuah rumah yang menyala dengan pendar warna
warninya, sebuah rumah yang di dalamnya tergabung berbagai tingkatan umur, dari
yang unyu-unyu, imut-imut hingga amit-amit.
Awalnya aku dikenalkan
oleh salah satu ibu cerewet bin aktif yang jadi newbie di salah satu komunitasku, IIDN (ibu-ibu doyan nulis). Eit,
jangan salah aku yang belum berkeluarga bisa kok jadi anggota IIDN,
difleksibelkan saja ^_^. Waktu itu adalah kopdar pertamaku dengan si ibu di woodsy grab. Agenda hari itu adalah
menulis cerita anak dan interview bareng Celebes TV. Jadi ceritanya kami nih di
liput, asikkkk #norak!.
Sore itu, aku janjian lunch bareng anak bloofers (blog offriendship).
Kebetulan salah seorang teman blogger yang notabene adalah penyiar metro TV
lagi bertandang ke Makassar, dan mau lepas kangen dengan bloofers. Jadilah aku mengusulkan kopdar di woodsy, dengan niat ‘sambil menyelam minum air’. Kopdar dengan bloofers jalan, kopdar dengan mbak-mbak
di IIDN juga jalan. Atau kalo mau disimpelkan, bisa ketemu mas Ikbal ganteng
dari metro TV plus masuk TV juga, hahahaha.
Nagh, yang agak aneh sore
itu adalah kedatangan newbie kami.
Dimana-mana, newbie itu ya, normalnya
kalem bin diam. Nrimo aja, nah yang satu ini aneh. Begitu datang dan gabung,
nyerocos saja kerjaannya. Aku sempat bingung, kayaknya bunda yang satu ini member lama tapi baru gabung kopdar,
yaaa silent reader gitu. Eh pas sesi
ta’arufan, ketahuan kalo dianya anggota baru. Namanya Andi Bunga. Lucunya lagi,
waktu itu aku duduk berhadapan dengan beliau. Di sela-sela pelajaran menulis
anak, dia mendotrinku dengan komunitasnya yang lain.
“Eh uty mahasiswa ya”. Hmmmmm..asik,
kentara nih masih keliatan muda
“Nda kok kak, sudah sarjana
akhir 2011 kemarin”
“Trus sekarang lagi
ngapain?”
“Lagi berjibaku di salah
satu akper di Makassar”
Feed back berikutnya datang dari beliau
dengan mengumandangkan yang namanya penyala Makassar, kelas inspirasi bla-bla,
dan entah kenapa aku jadi terhipnotis dengan tawarannya.
“Oh iya boleh boleh”, jawabku
berapi-api, teteh Ayu yang lagi menjelaskan tepat disampingku dicuekin sesaat.
Dan masuklah kami pada
sesi ketawa-ketiwi, pada sesi tukeran nomer hape, pada sesi gambaran sedikit
tentang Penyala Makassar dan Kelas Inspirasi itu sendiri.
Malamnya aku gabung di
grup penyala, beberapa hari kemudian aku sudah ganti foto profil dengan logo
kelas inspirasi. Padahal aku sama sekali tidak menyukai warna kuning, dan
lagi... aku paling seneng gonta-ganti PP. Seumur-umur, PPku ini yang bertahan
lama, sudah sebulan lebih. #abaikan... tapi sebuah prestasi sih ^_^.
Surprise!!!! ternyata selain kak bunga,
ada beberapa manusia yang sebelumnya telah aku kenal di Penyala Makassar. Ada
Ina dan Incy, duo KSR (korps sukarela) UNHAS, dan Ebi, yang notabene sahabatku
dan memang soulmate-an sama Ina dan
Incy ikutan gabung. Klop dah...mari menyalakan Makassar. #nyari api...apiii
lilin..lilin...any else??
Kopdar pertamaku di Pantai
Losari, agenda kala itu ngebahas tentang event di bulan Februari. Kabarnya
penyala Makassar mau adain yang namanya SIWB, Say it With Book. Sebuah moment berbagi untuk anak-anak SD, berbagi
cinta dengan donasi buku. Keren...inspiring
banget. Mataku mulai dimanjakan dengan kegigihan mereka merancang banner,
pamplet, membagi tugas, wara wiri di dunia maya, koar sana sini, kumandangkan
moment bersejarah di bulan Februari. Wuiihhh asik, bener-bener menyala tanpa
harus pake api atau lilin.
Beberapa jam bersama
mereka, cukup bagimu menilai semangat yang menyala di hati mereka. Hati mereka
selembut kapas, kepala mereka berisi inspirasi yang menyala padu. Jangan
katakan bahwa berbagi adalah hal yang melelahkan, tapi berbagi adalah hal yang
mendamaikan dan melegakan. Jangan katakan bahwa sebuah kepedulian berarti
mengurangi ruang untuk mengenal dirimu sendiri, tapi sesungguhnya kepedulian
adalah ambang neraca untuk mengimbangi dirimu dan menilainya dengan diri yang
lain di luar sana.
Kenapa ukuran hati begitu
kecil sementara dia bisa merasakan super duper dari ragam rasa meresap, karena
itu adalah keagungan dari arsitektur Allah yang mengangumkan. Kenapa dengan
berbagi kita tak tampak lelah tapi sumbringah? karena itu adalah efek dari
bahagia yang terbagi secara fase demi fase. Berbagilah ketika, ragamu masih
bisa berfungsi. Berbagilah ketika hatimu tak mati rasa, berbagilah ketika
tanganmu masih bisa memberi.
Allah selalu punya cara
indah untuk mempertemukan kita, Allah selalu punya cara unik untuk membuat
scenario taaruf kita. Entah, apa yang tertulis dalam diary Allah tentang
hari-hari kita ke depannya. Menyalalah selagi energi itu masih bersinergis
dengan nurani, menginspirasinya selagi hari masih berpihak padamu.
Terima kasih untuk
taarufannya yang indah, aku mencintai segala yang ada dalam tubuh penyala, dan
aku bangga menjadi seorang penyala ^_^.
No comments:
Post a Comment