Thursday, July 27, 2017

DIARY : Meraba Nyala Dalam Taarufan Kita oleh Phuji Astuty Lipi





Meraba Nyala Dalam Taarufan Kita
Phuji Astuty Lipi
Dunia maya itu mungkin tak nyata, hanya teraba lewat rasa elektrikal yang berbeda. Saling menyapa lewat tulisan dan sedikit emotion unik. Dunia maya itu menjadi asik ketika kita saling bertemu dalam istilah kopdar, kopi darat. Entah kenapa, para pakar bahasa menyebutnya demikian. Padahal pertemuan tak harus ngopi di darat, bukan?.

Sejak tergabung dengan dunia blogger dan berteman makin akrab dengan mbah google semasa kuliah, aku akhirnya mencoba cita rasa kopdar. Gimana rasanya??. Wuihhh legit. Aku bisa mengenal bermacam-macam raut wajah dengan beragam isi kepala. Kopdar menyadarkanku bahwa sesungguhnya manusia itu ajaib, bahwa Allah Maha pandai dengan menciptakan kita sebegitu unik.
Baru hitungan bulan aku bergabung dengan rumah ini. Sebuah rumah yang menyala dengan pendar warna warninya, sebuah rumah yang di dalamnya tergabung berbagai tingkatan umur, dari yang unyu-unyu, imut-imut hingga amit-amit.
Awalnya aku dikenalkan oleh salah satu ibu cerewet bin aktif yang jadi newbie di salah satu komunitasku, IIDN (ibu-ibu doyan nulis). Eit, jangan salah aku yang belum berkeluarga bisa kok jadi anggota IIDN, difleksibelkan saja ^_^. Waktu itu adalah kopdar pertamaku dengan si ibu di woodsy grab. Agenda hari itu adalah menulis cerita anak dan interview bareng Celebes TV. Jadi ceritanya kami nih di liput, asikkkk #norak!.
Sore itu, aku janjian lunch bareng anak bloofers (blog offriendship). Kebetulan salah seorang teman blogger yang notabene adalah penyiar metro TV lagi bertandang ke Makassar, dan mau lepas kangen dengan bloofers. Jadilah aku mengusulkan kopdar di woodsy, dengan niat ‘sambil menyelam minum air’. Kopdar dengan bloofers jalan, kopdar dengan mbak-mbak di IIDN juga jalan. Atau kalo mau disimpelkan, bisa ketemu mas Ikbal ganteng dari metro TV plus masuk TV juga, hahahaha.
Nagh, yang agak aneh sore itu adalah kedatangan newbie kami. Dimana-mana, newbie itu ya, normalnya kalem bin diam. Nrimo aja, nah yang satu ini aneh. Begitu datang dan gabung, nyerocos saja kerjaannya. Aku sempat bingung, kayaknya bunda yang satu ini member lama tapi baru gabung kopdar, yaaa silent reader gitu. Eh pas sesi ta’arufan, ketahuan kalo dianya anggota baru. Namanya Andi Bunga. Lucunya lagi, waktu itu aku duduk berhadapan dengan beliau. Di sela-sela pelajaran menulis anak, dia mendotrinku dengan komunitasnya yang lain.
“Eh uty mahasiswa ya”. Hmmmmm..asik, kentara nih masih keliatan muda
“Nda kok kak, sudah sarjana akhir 2011 kemarin”
“Trus sekarang lagi ngapain?”
“Lagi berjibaku di salah satu akper di Makassar”
Feed back berikutnya datang dari beliau dengan mengumandangkan yang namanya penyala Makassar, kelas inspirasi bla-bla, dan entah kenapa aku jadi terhipnotis dengan tawarannya.
“Oh iya boleh boleh”, jawabku berapi-api, teteh Ayu yang lagi menjelaskan tepat disampingku dicuekin sesaat.
Dan masuklah kami pada sesi ketawa-ketiwi, pada sesi tukeran nomer hape, pada sesi gambaran sedikit tentang Penyala Makassar dan Kelas Inspirasi itu sendiri.
Malamnya aku gabung di grup penyala, beberapa hari kemudian aku sudah ganti foto profil dengan logo kelas inspirasi. Padahal aku sama sekali tidak menyukai warna kuning, dan lagi... aku paling seneng gonta-ganti PP. Seumur-umur, PPku ini yang bertahan lama, sudah sebulan lebih. #abaikan... tapi sebuah prestasi sih ^_^.
Surprise!!!! ternyata selain kak bunga, ada beberapa manusia yang sebelumnya telah aku kenal di Penyala Makassar. Ada Ina dan Incy, duo KSR (korps sukarela) UNHAS, dan Ebi, yang notabene sahabatku dan memang soulmate-an sama Ina dan Incy ikutan gabung. Klop dah...mari menyalakan Makassar. #nyari api...apiii lilin..lilin...any else??
Kopdar pertamaku di Pantai Losari, agenda kala itu ngebahas tentang event di bulan Februari. Kabarnya penyala Makassar mau adain yang namanya SIWB, Say it With Book. Sebuah moment berbagi untuk anak-anak SD, berbagi cinta dengan donasi buku. Keren...inspiring banget. Mataku mulai dimanjakan dengan kegigihan mereka merancang banner, pamplet, membagi tugas, wara wiri di dunia maya, koar sana sini, kumandangkan moment bersejarah di bulan Februari. Wuiihhh asik, bener-bener menyala tanpa harus pake api atau lilin.
Beberapa jam bersama mereka, cukup bagimu menilai semangat yang menyala di hati mereka. Hati mereka selembut kapas, kepala mereka berisi inspirasi yang menyala padu. Jangan katakan bahwa berbagi adalah hal yang melelahkan, tapi berbagi adalah hal yang mendamaikan dan melegakan. Jangan katakan bahwa sebuah kepedulian berarti mengurangi ruang untuk mengenal dirimu sendiri, tapi sesungguhnya kepedulian adalah ambang neraca untuk mengimbangi dirimu dan menilainya dengan diri yang lain di luar sana.
Kenapa ukuran hati begitu kecil sementara dia bisa merasakan super duper dari ragam rasa meresap, karena itu adalah keagungan dari arsitektur Allah yang mengangumkan. Kenapa dengan berbagi kita tak tampak lelah tapi sumbringah? karena itu adalah efek dari bahagia yang terbagi secara fase demi fase. Berbagilah ketika, ragamu masih bisa berfungsi. Berbagilah ketika hatimu tak mati rasa, berbagilah ketika tanganmu masih bisa memberi.
Allah selalu punya cara indah untuk mempertemukan kita, Allah selalu punya cara unik untuk membuat scenario taaruf kita. Entah, apa yang tertulis dalam diary Allah tentang hari-hari kita ke depannya. Menyalalah selagi energi itu masih bersinergis dengan nurani, menginspirasinya selagi hari masih berpihak padamu.
Terima kasih untuk taarufannya yang indah, aku mencintai segala yang ada dalam tubuh penyala, dan aku bangga menjadi seorang penyala ^_^.

No comments:

Post a Comment