BAGIAN 17
(Bertemu Lagi)
Hati Keyla
Waktu
terus berjalan, sampai kami harus berpisah pas naik kelas 2. Kini Aku di XI IPA 1,
Ramon di kelas XI IPA 4, dan Abid di kelas XI IPA 6.
Sebenarnya Ramon masuk IPS, tapi ia bersikukuh ingin masuk IPA. Dengan
menghadap sama guru dan kepsek bersama orang tua Ramon, tampaknya Ramon tidak
mau menyerah merebut hatiku, he....he....he.... GR gue.
Walau
begitu, aku pun disibukkan tugas di kelas. Mungkin begitu juga Abid dan Ramon.
Bahkan aku menjabat sekretaris PMR dan aktif meliput di majalah sekolah. Sedang
Ramon sibuk di Marchman dan basket. Ramon masih
terlibat dalam machman ekskul supporter sekolah yang di kenal tempat anak
nakalnya sekolah. Tampaknya Ramon masih bergaul sama anak
nakal, sedang Abid, tetap jadi anak musallah, bahkan katanya ia akan dinobatkan jadi ketua Rohis.
Wow... tampaknya memang pantas.
Kami
pun sibuk dengan dunia kami masing-masing. Walau begitu, kami bertiga tetap
tegur sapa. Abid minimal senyum, bahkan Ramon sempatkan bercakap-cakap bila
bertemu. Namun beberapa pekan tak
bertemu karena ulangan semester jadi hampir-hampir kami tak bertemu atau
sekedar tegur sapa. Aku pun jadi cemas, akan persabahatan
kami. Ramon dan Abid atau Abid dan Ramon mereka 2 orang menjadi motivator
abadiku, “Cie....”.
------------------
Seperti
biasa aku sibuk, buka kerja tugas
sekolah tapi kali ini ada acara donor darah oleh PMR di sekolah ku. Aku jadi SC atau pengarah acara sebagai pengurus
inti. Kulihat respons positif dari siswa menyumbangkan darah untuk kemanusiaan.
Dari panitia Humas katanya seluruh kelas telah disosialisasikan dan surat untuk
ekskul sudah dibagikan. Aku jadi
berfikir kalo sudah tersampaikan semua ke siswa “mungkin
aku akan bertemu, sahabatku”, bisikku dalam hati penuh dengan harapan.
Aku
perhatikan, dalam antrean registrasi, ada Ramon yang lagi sibuk mengisi registrasi. Ku tatap lekat-lekat, Ramon tampak wajahnya agak genduk, dan
tubuhnya sudah tinggi. Sedikit ada perubahan, kucoba
hampiri Ramon. Tinggal beberapa langkah sampai, tanpa sadar aku menabrak tabrakan seseorang. Kulihat dia tampaknya
sangat ku kenal, jidatnya agak hitam, ada jenggotnya tapi
hanya 3-5 helai rambut di dagunya. Tatapan kami bertemu, itu Abid!. Aku kaget di buatnya, sedang Abid tampak melakukan hal yang sama. Abid menunjuk ‘kayak kenal’, rasanya mau ketawa, tapi kuharap ia tak
melupakanku.
“Keyla
............ Abid..........”, kami berdua berbalik melihat seseorang yang
memanggil nama kami berdua. Itu Ramon yang tanpa kutahu telah menyadari keberadaanku. Ramon menghampiri kami dengan gembira. Aku tersenyum padanya, teman satu ini, walau dulu nakal tapi soal sahabat
dia akan
ingat sampai mati. Abid menyalaminya, begitu juga aku.
“St...,
Ramon jangan terlalu keras, ini acaraku”, kutegur Ramon dan mengajak mereka
berdua keluar ruangan ke bangku halaman kelas.
Kami Cuap-cuap
melepas rindu aku dan Ramon paling aktif. Hanya Abid yang bicara irit, kadang mengiyakan saja mengaguk-angguk kalo bukan
kata‘oh....’, paling berkata ‘iya’,
lucu aja sih.
Kami bicara tentang kelas kami masing-masing. Ramon pun mengeluhkan bukan main tentang pelajaran ipa yang kian minta
ampun. Padahal ramon pernah senag dengan pelajaran ipa. Kalau
ditanya ke abid tentang kelasnya dan temannya, dijawab singkat. Pembicaraan pun beralih bernostalgia
tentang di kelas X-9 dulu.
“Wah,
kita udah jarang ketemuan nih”, kata Ramon.
“Mm...
gimana kalo buat ketemuan, minimal sekali sepekan?”, usulku pada dua sahabatku.
Kulihat
mereka berpikir, mungkin mencoba cari waktu, wah mereka sibuk ya.
“Mm...
Bisa ..... kapan bagus?”, kata Ramon.
“Gimana
kalo....., hari Selasa pulang sekolah di kantin?”, kataku.
Mm..
oke...”, kata Ramon lagi. Ramon dan aku menatap Abid yang dari tadi berpikir
entah apa yang dipikirkan dan menjawab singkat.
“Nanti
dilihat” kami tetap menatap abid
mencari kepastiannya untuk hadir, menyadari tatapan itu abid pun berkata lagi
“Dicoba
deh....” jawabnya singkat lagi.
MEREKA BERTEMU LAGI......
AKAN KAH TERJADI KISAH YANG SERU.....
NANTIKAN KISAH SELANJUTNYA......
No comments:
Post a Comment