BAGIAN 18
(Senyum
Kemenangan)
Pagi
yang tentunya cerah buat Ramon. Sudah beberapa hari ia bolos akibat sakit
kepala akibat mencerna pelajaran eksat/hitung, rumus, hafal, dan lain-lain. Tapi kali
ini ia harus jalani semuanya. Di kelas XI IPA 4 dikenal kekompakannya, dan sepertinya
semua orang tahu, kalo bukan karena itu sudah lama Ramon tidak masuk kelas. Ramon cukup salut kekompakan kelas ini, hanya saja ramon tidak terlalu
respon acara kumpul-kumpul, paling tidak ini hal tambahan buat kelasnya.
“Pagi,
semuanya!”, sapa Ramon pada seisi kelas.
“Eh
Ramon, udah sembuh yah...?”, tanya Zaki dengan nada canda. Ramon hanya membalas
dengan senyum.
“Ramon!”,
Anggie ikutan teriak. Secepat kilat ia balik ke meja Ramon.
Ramon
menatap teman-temannya yang terlihat begitu sibuk.
“Kalian
ngerjain apa sih?” tanya Ramon.
“Tugas
kimia nih”, jawab Zaki sambil kembali nyontek.
“Banyak
yah..?”, tanya Ramon lagi.
“Kalau
soal banyak sih, nggak usah ditanya lagi, kamu udah tahun gimana Pak
Zulkarnain, untung saja dia ganteng, kalau
nggak aku sudah bolos tiap dia ngajar”, seru Anggie si centil. Ramon ketawa
mendengarkan bersamaan teriakan seisi kelas.
“Huu..........!”
-------------------------
Hati ramon
Aku
mendesah nafasku, “uhh.... capek sekali rasanya kerjain soal kimia”, kataku
dalam hati. Sebenarnya pelajaran kimia ia tidak terlalu suka, walaupun begitu
dia bisa kerja juga soalnya. Yang membuatnya pusing lagi adalah ternyata ada info dari teman-teman kalo ada ulangan mendadak dari
pelajaran fisika sebentar.
Sudah
beberapa bulan ku cekoki pelajaran berbau eksat = IPA, hitung, hafal rumus, dan
lain-lain. Dia menyesal kenapa mau-maunya pindah di kelas IPA. Kalau bukan
karena Keyla di IPA-1, maka udah dari dulu dia bertengger di 2 IPS-1.
Hari
ini senin, untungnya pekan lalu ketemu sahabatnya Abid dan terkhusus Keyla.
Entah kenapa semangat belajar bertambah
dan datang ke sekolah muncul. Gara-gara kesibukan pelajaran yang berat
dan kegiatan ekskul
kami jarang ketemuan. Pas hari jum’at, kami janjian buat ketemuan rutin.
Berarti
tinggal besok ketemuan pulsek di kantin, rasanya tak sabaran, walaupun begitu
ia harus merelakan waktu istirahat sekaligus kerja tugas yang biasa dipake
selesai pulang sekolah.
Yang
membuatnya kepikiran, adalah ada Abid. Aku masih belum menerima kehadiran Abid antara aku dan Keyla. Aku ditolak Keyla tak terlepas dari akibat abid memutuskan keyla. Semenjak itu Aku patah
hati dan tidak menerima kehadiran abid dalam persahabtan kami berdua. Terlebih-lagi Keyla pernah nembak
Abid. Aku masih belum terima kehadiran abid, karena keyla sudah mulai tertarik sama abid
semenjak kelas satu yang lalu. Atau keyla sekarang sudah suka padanya.
Memikirkannya aku tambah pusing di buatnya.
Aku berpikir keras,
sebenarnya kalo anak Rohis itu jarang dekat-dekat cewek, katanya sih takut dosa’ . Mungkin Abid tidak
mungkin datang besok. Dan aku hanya tinggal berdua sama Keyla. Pasti sangat menyenangkan bersama keyla nantinya.
Dan bila abid tidak datang lagi ini kesematanku memikat keyla lagi dan keyla
akan menyadari keberadaanya. Kini Aku akan memenang persaingan merebut hati
keyla. Persaingan dengan abid dari kelas satu sebenarnya tanpa kesepakatan kami
untuk bersaing. aku pun tersenyum-tersenyum sendiri. Tiba-tiba, Zaki
memukul kepalaku pake buku LKS kimianya.
“Prak...”
“Apaan
lo senyum-senyum?”
BERSAMBUNG....................
fiksi atau nonfiksi?
ReplyDeleteMm....campuran... antara kisah di sekolah dahulu... dan tambahan berupa pengalaman-pengalaman teman-teman rohis... serta bumbu-bumbunya...he..he...
Delete