Saturday, October 13, 2012

BAGIAN 19 (Tanpa Persetujuan)


BAGIAN 19
(Tanpa Persetujuan)




“Assalamu ‘alaikum!”, sapa Abid memasuki kelas.


“Wa ‘alaikum salam...”, jawab Aldo nada yang berirama.

“Nyantai amat, Deng? Emang PR matematika kamu udah kelar?” tanya Khadijah di sela-sela nyonteknya.

Abid tersenyum manis sambil duduk di bangkunya.

“Pagi do!”, sapa Abid menyapa Aldo yang sama lagi nyalin jawaban. Sambil tersenyum aldo berkata
“nggak usah sok ramah, gue mau liat PR elo, apa udah kelar? Atau”, kata Aldo. Sebenarnya mau lanjut atau kalo kelar mau dilihat untuk dinyontek. he....he...he....

“Tumben PR-nya udah kelar”, ledek Khadijah yang telah berhasil mengambil buku PR matematikanya abid.

“Kamu tau sendirikan, kalau si Abid itu seneng banget sama matematika, gimana dia nggak ngerjain?” kata Lia disamping Khadijah.

“Aduh... matematika, banyak banget lagi, soalnya”, seru Hasyim lagi sibuk kerjain soal tanpa nyontek, mungkin karena ia lupa kerjain di rumah.

“iya nih, guru banyak banget kasih soalnya, mau bikin kita mati mendadak kali yah!”, kata Khadijah.
“Kita?, elu kali!!”, balas Hasyim di barengi oleh tawa satu kelas, khadijah hanya nyengir mendengarnya.

-----------------

Hati abid

Aku bernapas lega, hari ini syukur bisa selesain tugas tadi malam sambil tahajud. Dan tidak ikutan nyontek pagi-pagi buta. Padatnya tugas IPA membuatnya susah bagi waktu. Terkadang ia tergoda untuk nyontek saat lupa atau ada soal susahnya minta ampun. “Nyontek adalah perbuatan curang”, kata ustad ku.

Aku masih berpikir ajakan teman-teman kelas X-9 dulu untuk ketemuan besok, apa ia harus hadir padahal besok juga ada rapat sama anak OSIS untuk kegiatan training motivasi bekerjasama anak Rohis. Mungkin aku tidak bisa datang, aku hanya bisa berdoa semoga besok diberikan kebaikan, Amien.

Di Mushallah 

Kami rapat persiapan training motivasi. Aku berpikir kalo gue jadi panitia mungkin cuman jadi anggota, dan aku bisa izin rapat besok. Karena amanah ku tidak terlalu penting. Lalu aku bisa memenuhi janji ketemuan sama Ramon dan Keyla di kantin.

“Ini SK, kepanitiaan yang telah kita bentuk” kata senior yang menghentikan pikiranku. Aku menerima SK yang di bagikan dan mencari-cari namaku di anggota sesi konsumsiatau keamanan. Tidak ada, mungkin jadi koor. Sesi. Kuharap paling sesi konsumsi atau keamanan. Tapi tidak ada juga. Ku baca keseluruhan nama-nama panitia di SK. Ada namaku, namaku di “KETUA PANITIA”. Astagfirullah…!!, dalam hati. Aku banyak-banyak beristigfar, peserta rapat menatapku. Lalu ketua Rohis yang di kelas XII sekarang menjelaskan.

“Afwan, akhi Abid, kami tunjukkan antum sebagai ketua panitia Training motivasi, sebenarnya hari Jum’at lalu mau disampaikan, cuman tidak ada jadinya kami hanya SMS ke antumJelas ketua rohis padaku. Beberapa hari ini memang HP-ku lagi lobet. Jadi tidak liat SMS-nya senior.

jadi gimana?”,kini ketua rohis menanyakan kesediaan ku. Aku agak terdiam lama, sulit juga menerima kenyataan yang serba mendadak kayak gini. Tapi, tiba-tiba kudengar suara dengan mantap.

“Insya Allah, Ana akan jalani amanah dengan baik”, ujarku.

Aku coba mencari sumber suara itu, tidak ada yang berkata demikian. Subhanallah! Ternyata suara itu berasal dari mulutku. Entah siapa yang mengendalikan mulutku tanpa persetujuanku. Selanjutnya aku terpana melihat para senior kelas 3 bertakbir dan kulihat Zaki berteriak girang dan juga yang lain akhwat di sebelah.

BERSAMBUNG.........

No comments:

Post a Comment