Thursday, April 19, 2012

BAGIAN 8 (Berbuah Manis) Hati Keyla




“kamu sudah siap mental keyla....! ini pertama kalinya kamu ikut lomba semenjak SMA, toh..?” kembali Abid meyakinkan sekali lagi, mungkin ia ragu sama aku untuk ikut lomba sains itu.


“Iya...., Aku sudah membulatkan tekadku untuk ikut”, tegasku pada sahabat kelasku. Abid agak cepat, Abid menatapku dan berpikir dengan cepat ia mengetahui sesuatu.

“Ada sesuatu yang kau inginkan dari lomba ini selain juara, kan?”, kata Abid. Entah dari mana anak Rohis ini tahu niatku. Kalau bukan karena ia sahabatku, sudah kuacuhkan dia. Abid orangnya baik dan dapat memegang rahasiaku. Kukatakan padanya....

“kamu ingat waktu pertama kali aku dating di sma 3 sekali gus pertamakali kita jumapa, kamu bertanya kenapa aku mau di kelas X-9, ingat..? abid hanya mengaguk pada hal ia sudah tahu sebelum keyla datang.

Sebenarnya, aku ingin dekat dengan Ramon, sahabat kecilku”. “Dari awal aku masuk SMA 3 ini hanya untuk bertemu dengannya”. Aku tertunduk malu. Abid tampaknya mendengar dengan setia. Kulanjutkan....

“Waktu bertemu pertama kali, ia selalu mengacuhkanku, mungkin karena gengsi, dan katanya ia jadi nakal di sini”, aku baru pertama kali berterus terang pada seseorang. Entah dorongan apa sampai kukatakan...

“dan Ramon ikut lomba itu, ini kesempatanku untuk menyadarkannya akan keberadaanku”, uh... lega rasanya, ada rasa plong di dada. Kulihat Abid mengangguk penuh takzim. 

----------------------------

Pas keberangkatan ke gedung Mulo, tempat pertandingan, Ramon tetap saja acuh. Aku sebel banget pada sikapnya. “Preman tetaplah Preman”, ketusku dalam hati. Aku agak ragu, walaupun aku ikut lomba, mungkin Ramon tetap saja mengacuhkanku. Aku butuh seseorang untuk meyakinkanku. Pucuk dicinta wulanpun tiba. Tanpa sengaja Aku bertemu sahabatku lagi, Abid. Mungkin ia juga kebetulan berpapasan. Ia mengatakan kepadaku....

“Apapun niatmu ikut lomba ini, La....?”

“Kamu harus ikhlas saja apapun hasilnya dan apapun yang kau dapatkan nanti, agar berbuah manis”, katanya dengan senyuman yang menusuk hatiku.

Seperti angin mamiri singgah di sekolah mengobarkan bendera semangatku. Tapi .....

“maaf, ya La, aku ada acara hari ini di Musallah, jadi tidak sempat nonton acara lombamu”. Aku jadi panik mendengarnya, aku agak kecewa.

----------------------------------------------------------------------------------
Hati Abid 

Entah kenapa aku terngiang lomba itu Keyla dan Ramon. Aku tak konsen jadi panitia. Acara kami dimulai pagi-pagi, persiapan panitia. Ternyata buru-buru, ketua panitia memberi tahu ditunda pekan depan karena surat belum menyebar ke Rohis-rohis sekolah.

Seperti pegawai dapat THR, aku girang dalam hatiku, entah kenapa aku langsung meminjam motor salah satu panitia, dan menuju ke gedung Mulo. Mungkin aku sudah telat datang karena sudah jam 11 tetapi tetap aku pacu motor culun itu. Sesampainya di pekarangan mulo dan memarkirkan motor. Aku berlari melewati pintu Mulo menuju Aula. Dan kulihat Ramon dan Keyla berdampingan menerima piala juara 1. Mereka terlihat gembira dan senang, mereka tertawa dan bersenda gurau. Tampaknya Keyla mendapatkan apa yang diinginkan.

-------------------------

Hati Keyla

Rasa senang dan gembira di hatiku. Ternyata usaha ku berbuah juga ramon walau d awal begi tu dingin padaku namun ketiak berlomba ia menunjukkan suatu sebaliknya. Mungkin ia telah menyadari keberadaan ku di sampingnya. Sehingga Ramon begitu akrab denganku dalam lomba, aku mengingat hal yang sama dalam waktu kecilnya dulu. Aku mengedarkan pandanganku menatap semua semua bertepuk tangan. Aku mengangkat medali emas lomba sains itu dengan kebanggaan. Tanpa sadar Kutangkap sosok di ujung pintu aula. Sosok yang penting baginya. Sosok yang aku sebut sahabat. Sosok itu Abid, aku mengira ia tidak datang, entah kenapa namun kegembiraanku bertambah melihatnya. aku teringat kata terakhir yang abid katakana pada awalnya.

‘Berbuah manis’, manis memang. Sambil tersenyum.


BERSAMBUNG.............. 

No comments:

Post a Comment